Persahabatan yang kembali

Dursle – Perempuan bertubuh mungil dengan kuncir kuda berdiri didepan papan tulis menjadi pusat perhatian murid kelas 12 IPA 1. Dengan nada gugup ia memperkenalkan dirinya.

Matanya tidak sengaja melihat perempuan yang membuat dirinya trauma sampai sekarang. Zeva Angelia Inalta baru saja pindah kesekolah Pancasila, ia harus tinggal bersama neneknya di Bandung karena kedua orangtuanya yang memilih untuk berpisah.

Awal Perkenalan

Bu Ina walikelas Zeva menyuruhnya untuk duduk didepan laki laki yang bernama Afian Bumi Pratama yang sedang tertidur pulas. Zea segera pergi menuju tempat duduknya dan mengikuti pelajaran dengan tenang.

Bel istirahat berbunyi Bu Ina menutup sesi pembelajaran untuk hari ini, Bu Ina juga berpesan kepada Bumi agar membantu Zeva memperkenalkan lingkungan di sekolah ini.

Bumi mengcungkan jempol menggisyaratkan bahwa ia setuju. Netta nama perempuan yang ditakuti oleh Zeva melangkah mendekatinya, Zeva mencoba untuk tetap tenang namun tanganya gemetaran. Namun belum sempat Netta bicara tangannya Bumi terlebih dahulu menarik tangan Zeva mengajaknya untuk keluar kelas.

Bumi memilih mengajak Zeva ke rooftop sekolahan karena ia tidak suka keramaian. Zeva menatap kebingungan kearah Bumi karena ia masih menggenggam tanganya.

Bumi yang tersadar langsung melepaskan genggamanya lalu mengatakan maaf. Canggung itu suasana yang menggambarkan mereka Bumi memilih merebahkan tubuhnya dan tidur sedangkan Zeva duduk tidak jauh dari Bumi.

Teman yang baik

Hari sudah mulai sore semua siswa berbondong bondong untuk segera pulang. Zeva duduk di halte menunggu bus sekolah lewat, di saat bersamaan ia melihat Netta yang sedang bercanda gurau dengan teman temannya.

Jujur saja dalam lubuk hati Zeva iri melihat hal tersebut, padahal mereka dulu adalah sahabat. Netta hanya melihat Zeva sekilas lalu mengalihkan pandanganya.

Netta terlahir dari keluarga yang kaya raya namun ia tidak pernah sombong sedikitpun, Netta sangat suka berteman dengan Zeva karena selain pintar Zeva juga orang yang sangat sederhana.

Mereka sering kemana mana bersama. Netta juga mengetahui jika Zeva bukanlah dari keluarga yang mampu namun itu tidak masalah baginya. Netta sangat baik kepada Zeva ia sering membelikan sesuatu yang Zeva butuhkan bahkan Netta selalu mengajaknya untuk berangkat ke sekolah bersama menggunakan mobilnya.

Teman yang iri

Namun itu semua tidak berlangsung lama, seseorang dari kelasnya merasa iri kepada Zeva karena ia memiliki teman sebaik Natta jadi ia ingin berniat jahat kepada mereka berdua.

Seseorang tersebut mendekati Netta dan menghasutnya ia mengatakan bahwa selama ini Zeva hanya memanfaatkannya, dan entah mengapa Netta mempercayainya.

Semua teman sekelas Zeva memusuhinya waktu itu, sejak itulah Zeva menjadi seorang yang sangat pendiam dan takut jika berada di keramaian.

Sesampainya dirumah Zeva langsung membersihkan dirinya, dan membantu neneknya memasak makan malam. Walaupun nenek Zeva sudah sangat berumur namun ia masih mampu untuk mengerjakan tugas rumah.

Nenek Zeva menatap cucunya yang sedang sibuk menyiapkan makanannya. Zeva menyuruh neneknya duduk dikursi yang sudah ia siapkan, nenek Zeva merasa terhari dengan perilaku cucunya itu, tidak terasa Zeva sudah tumbuh sebesar ini dan menjadi anak yang begitu cerdas.

Nenek pelindungku

Nenek Zeva memeluk Zeva dengan erat Zeva membalas pelukanya sudah lama ia tidak mersa kehangatan dari orang terdekatnya ayah dan ibunya selalu saja sibuk di luar rumah, tanpa ia sadari air matanya keluar membasi pipinya.

Tidak terasa matahari kembali memunculkan sinarnya, menyinari dunia dengan kehangatan yang abadi. Zeva menatap dirinya sendiri dikaca ia berkata kali ini ia harus lebih berani, pasti nenek akan mersa sedih jika cucunya lemah seperti ini.

Zeva berlajan ke meja mnakan untuk menikmati sarpan pagi buatan neneknya itu. Setelah selesai Zeva berpamitan dan segera berangkat ke sekolah.

Waktu menunjukkan pukul 6.50 namun angkutan umum yang biasa ia naikki belum datang juga. Tiba tiba seorang laki laki dengan motor ninja berhenti tepat didepan Zeva yang mebuatnya sedikit terkejut.

Laki laki tersebut menyuruhnya untuk naik ke motornya, namun Zeva masih mematung ditempat kebingungan. Laki laki tersebut membuka helmnya menunjukkan wajahnya.

Bumii… ternyata laki laki tersebut adalah Bumi. Bumi kembali memakai helmnya dan menyuruh Zeva segera naik sebelum terlambat kesekolah.

Entah mengapa jantung Zeva berdetak sangat kencang, baru pertamakali ini ia dibonceng oleh laki laki. Bumi melirik ke arrah spion ia tersenyum kecil melihat Zeva memegangi pipinya yang kemerahan.

Tiba tiba Bumi kepikiran untuk mengerjai Zeva ia dengan sengaja mengerem dengan tiba tiba, membuat Zeva reflek memejamkan matanya dan memeluknya dengan erat.

Laki-laki itu bumi

Bumi tertawa puas melihat tingkah Zeva yang menurutnya menggemaskan. Zeva yang sadar akan perbuatan Bumi berdecak sebal lalu menyilangkan tangannya didepan dada.

Zeva merasa ada yang aneh dikelasnya semua orang berbisik bisik menyebutkan nama Netta. Mata Zeva sibuk mencari kesana kemari ia takut jika terjadi hal yang buruk kepada Netta, padahal tasnya ada namun orangnya entah kemana.

Zeva yang penasaran memilih untuk bertanya kepada salah satu murid perempuan, ia mengatakan bahwa ayahnya Netta masuk penjara karena kasus korupsi.

Zeva membulatkan matanya tidak percaya pasalnya ia dulu sangat mengenal keluarga Netta orangtua sangat baik sekali kepanya, bahkan mereka menganggap Zeva seperti anaknya sendiri.

Zeva segera keluar kelas berniat mencari keberadaan Netta. Zeva berlari dengan tergesa gesa ke taman sekolahan ia mempunyai feeling jika Netta berada di situ.

Zeva sangat mengenali Netta walupun sudah lama tidak berteman, Netta selalu menyendiri di taman sekolahan jika dirinya sedih.

Zeva melihat Netta yang duduk sendirian ditaman dengan berderai air mata. Zeva melangkahkan kaki mendekatinya lalu memeluk Netta dengan erat, ia mengatakan bahwa semua akan baik baik saja, Zeva sangat percaya bahwa semua itu hanyalah tuduhan semata.

Awalnya Netta terkejut melihat Zeva yang tiba tiba mendatanginya, hatinya sedikit menghangat namun ia tidak tau harus senang atau sedih. Netta mencoba melepaskan pelukan Zeva dengan perlahan, ia mengatakan maaf dengan suara lirih.

Sebenarnya sejak lulus SMP ia sudah mengetahui kebenaranya bahwa itu semua bukan salah Zeva, Netta sangat merasa bersalah dan ingin segera meminta maaf kepada Zeva namun karena suatu kejadian Ayahnya harus pindah tugas ke Bandung mau tidak mau ia harus ikut Ayahnya.

Saat mengetahui murid baru adalah Zeva ia sangat senang dan ingin segera berbicara kepanya, ia rindu masa masa SMP dulu. Namun Netta masih ragu ragu jika Zeva mau memaafkannya.

Zeva dan Netta mengendap endap keluar sekolah dari pintu belakang, mereka berdua berniat membolos pelajaran hari ini. Netta mengajak Zeva ke suatu tempat yang sering ia jadikan tempat beristirahat.

Mata Zeva terpukau melihat sekeliling tempat itu, pohon pohon begitu rindang disebelahnya juga terdapat Danau yang tampak menyegarkan. Langkah mereka terhenti disebuah rumah pohon yang sederhana, Netta mengajak Zeva naik ke rumah pohon tersebut.

Zeva terlihat sangat senang baru pertama kali ia melihat tempat yang indah ini. Netta menjabat tangan Zeva yang masih sibuk melihat sekeliling isi dari rumah pohon. Maaf…. Kata Netta dengan tulus, matanya sudah berkaca kaca.

Zeva membalasnya dengan pelukan ia mengelus punggung Netta, Zeva sama sekali tidak dendam kepadanya ini semua terjadi karena kesalahpahaman, sekarang mereka bisa memulai semuanya dari awal lagi tanpa danya rasa benci.

Netta sangat bersyukur ia bisa dipertemukan kembali dengan seseorang yang berhati baik.

Mereka berdua tampak sibuk dengan kegiatan masing masing Netta sibuk dengan buku novelnya sedangkan Zeva sibuk mengotak atik barang barang yang ada disana.

Mata Zeva menangkap sebuah foto polaroid, ia seperti mengenal seseorang yang berfoto bersama Netta tersebut. Netta yang melihat Zeva seperti orang penasaran langsung mengatakan bahwa itu adalah fotonya bersama bumi saat mereka masih kecil.

Zeva agak terkejut ternyata mereka berdua sudah saling kenal dari kecil. Wajah Zeva terlihat kebingungan seperti butuh penjelasan. Netta mengatakan bahwa dirinya dan Bumi adalah teman dekat sedari mereka kecil, Bumi juga yang memberitahunya tentang tempat ini.

Bumi adalah anak yang sangat baik dan perhatian hanya kelihatanya saja bad boy namun hatinya hello kitty Netta berkata sambil tertawa renyah. Tiba tiba Bumi datang dengan nafas yang tidak beraturan seperti orang yang dikejar maling, ia menghampiri Netta lalu memeluknya Bumi sangat kawatir kepadanya.

Netta melepaskan pelukan Bumi dengan perlahan ia mengatakan bahwa dirinya baik baik saja berkat Zeva. Bumi baru menyadari bahwa Zeva juga ada disana ia tersenyum canggung sambil menggaruk garuk tengkuknya yang tidak gatal.

Zeva agak terkejut dengan kejadian yang barusan ia lihat, otaknya tidak dapat berfikir dengan lancer. Jadi selama ini mereka sangat dekat? Namun kenapa saat dikelas seolah olah mereka seperti orang asing? Banyak pertanyaan yang muncul di dalam kepala Zeva namun ia memilih untuk tetap diam.