Rumah Yang Tak Lagi Utuh

Dursle – Seorang wanita terlihat cantik seperti masih remaja siapa sangka umurnya sudah menginjak kepala tiga bahkan ia mempunyai tiga putra yang sangat ia sayangi.

Yesha Nara Indrianti sibuk menyiapkan srapan pagi untuk para putranya itu, terdengar suara ricuh dari arah kamar mandi.

Hema Arga Wijaya laki laki yang berusia 17 tahun itu menggedor gedor pintu kamar mandi pasalnya ia sudah mengatri terlebih dulu namun malah diserobot oleh si bungsu.

Naran Wijaya si bungsu yang sibuk menertawai kakaknya yang sedang uring uringan, Nolan Wijaya si anak tengah sekaligus kembaran dari Naran hanya bisa menghela nafas kasar melihat keduanya tidak bisa akur.

Yesha tersenyum kecil sambil menggeleng gelengkan kepalanya, rumahnya tidak pernah terasa sepi berkat mereka.

Mereka semua berkumpul dimeja makan, menyantap masakan yang sudah dibuat oleh mamahnya. Noran mengatakan bahwa masakan mamahnya paling enak sedunia dengan mulut yang masih penuh membuat orang gemas melihatnya.

Yesha mengatakan bahwa jangan bicara saat mengunyah makan nanti bisa tersedak. Belum satu menit mamahnya bicara Noran sudah batuk batuk tanganya memegangi dadanya yang terasa sesak.

Nolan segera memberikan segelas air putih kepada Naran sedangkan Hema malah menertawainya dengan puas dan menakut takutinya. Yesha yang melihat hal itu menegur anak sulungnya dengan nada sedikit keras yang berhasil membuatnya berhenti tertawa dalam sekejab dan mengatakan maaf.

Yesha mengelus puncak kepala Hema dengan lembut ia tidak bermaksud memarahinya, Hema adalah anak pertama jadi dia harus jadi contoh yang baik untuk adik adiknya.
Mereka bertiga berangkat sekolah dengan sangat bersemangat.

Hema naik motor sendiri sedangkan Naran boncengan dengan Nolan sebenarnya mamahnya sudah membelikan motor sendiri, namun Naran malas menyetir.

Suasana di sekolahan hari ini sangat menegangkan, karena hari ini ada ujian kenaikan kelas sedangkan kelas 12 mengikuti ujian SBMPTN. Hema menyemangati adik adiknya agar mengerjakan ujian dengan lancar, Nolan dan Naran juga balik menyemangati Hema mereka mengatakan pasti ia akan lulus SBMPTN, setiap hari Hema tidak pernah berhenti untuk belajar bahkan sepulang sekolah ia masih mengikuti bimbel.

Hema mengucapkan basmallah sebelum mulai mengerjakan ujianya, semoga hasilnya benar benar seperti yang diharapkan. Hema juga ingin membuat mamahnya bangga kepadanya.

Bel susah berbunyi Hema meregangkan tubuhnya yang sudah mulai keram, belum sempat ia keluar kelas seorang murid laki laki menghampiri dirinya dengan nafas tidak beraturan, ia mengatakan bahwa Nolan sedang berkelahi di lapangan basket.

Hema meraup mukanya dengan kasar adik adiknya itu selalu saja bikin ulah namun ia juga sangat sayang kepada mereka berdua.
Hema menatap Nolan dalam dalam ia menyuruhnya untuk menjelaskan apa yang baru saja ia perbuat.

Nolan menundukkan pandangannya ia meminta maaf dengan lirih ia mengatakan bahwa temannya yang terlebih dahulu memancingnya, Ares mengatakan bahwa ia tidak pernah diurus oleh Ayahnya dan menjadi anak yang tidak tau diri.

Nolan terpancing emosi dan langsung memukulnya. Hema merasakan sesak didadanya namun ia memilih untuk terlihat baik baik saja.

Hema mendekati adiknya lalu mengatakan apapun masalahnya tidak baik jika diselesaikan dengan kekerasan, jika mamahnya melihat hal seperti ini pasti akan marah besar.

Pagi ini seperti biasa mereka sarapan bersama namun kali ini mamahnya tidak ikut karena jadwal kerjanya yang sangat padat. Nolan mengatakan dengan ragu ragu kepada Hema jika ada panggilan wali murid di ruang BK. Hema menghela nafas kasar ia sudah menduga hal ini akan terjadi.

Tiba tiba Naran mendapat pesan dari mamahnya sepulang sekolah nanti Yesha akan menunggunya dikamarnya. Nolan dan Naran menatap kakak sulungnya itu seolah tau apa yang akan terjadi namun Hema hanya menampakan senyumnya dan mengajaknya untuk segera berangkat

Sepulang sekolah Hema dengan ragu memasuki kamar mamahnya, Yesha terlihat sudah menunggunya sebelah tangannya membawa gagang sapu.

Yesha melayangkan gagang sapu kepada tubuh Hema, ia terlihat sangat marah Hema tidak bisa menjaga adik adiknya dengan baik.

Hema memejamkan matanya pukulan demi pukulan terus menghantam tubuhnya, Hema terisak kecil sambil mendekap tubuhnya tubuhnya yang munngil, seluruh badanya terasa remuk ia mengatakan lirih kepada mamahnya bahwa ia sudah tidak sanggup lagi lalu memejamkan metanya.

Yesha tersadar apa yang barusan ia lakukan ia selalu saja seperti ini melampiaskan emosinya kepada Hema. Yesha menangis tersedu sedu dan segera melefon seseorang yang bisa menolongnya.

Seorang laki laki keluar dari sebuah mobil dengan terburu buru, tanpa mengetuk pintu ia segera naik kelantai atas menuju kamar Yesha. Laki laki tersebut merangkuh tubuh Hema yang penuh dengan luka, ia menatap Yesha yang sedang menangis.

Jovan segera membawa Hema ke rumah sakit terdekat sebelum keadaannya semakin parah. Nolan dan Naran yang baru saja pulang kerumah terkejut melihat kejadian itu. Nolan ingin menghentikan mobilnya namun sudah terlanjur jauh.

Naran menaiki tangga menuju kamar mamahnya, ia terkejut melihat mamahnya menangis tersedu sedu namun.

Naran mendekati mamahnya dengan perlahan meminta penjelasan. Mata Nolan tidak sengaja melihat gagang sapu di samping mamahnya. Nolan menggelengkan kepalanya tidak lagi kan, kenapa mamahnya itu sering berbuat kasar kepada kakaknya padahal ini adalah kesalahannya.

Yesha mencoba memeluk anaknya itu dan meminta maaf namun Nolan malah menghindar dan mengatakan bahwa mamahnya jahat.

Jovan menghubungi Yesha menyuruhnya untuk segera datang ke rumah sakit. Ia sangat tidak habis fikir dengan mantan istrinya itu, sebenarnya ia tahu alasan kenapa ia sering berlaku tidak adil kepada Hema.

Dulu ia berpisah sewaktu Hema masih umur 3 tahun sedangkan sikembar masih bayi, kesalahpahaman membuat semuanya hancur begitu saja.

Yesha selalu terngiang ngiang kejadian kelam itu saat melihat Hema, namun bukankah itu keterlaluan. Jovan mengacak acak rambutnya coba saja ia dulu tidak membawa perempuan lain kerumahnya pasti hal ini tidak akan terjadi.

Yesha dan sikembar memasuki ruangan tempat Hema dirawat, mereka melihat tubuh Hema yang terbaring lemah di brankar. Mereka mendekati Hema yang sedari tadi berbicara dengan Jovan.

Yesha memegang tangan anak sulungnya itu ia meminta maaf dengan atas perpuatanya tadi. Hema menggelengkan kepalanya lalu tersenyum semanis mungkin mengatakan bahwa dirinya itu baik baik saja.

Nolan menatap Hema dengan wajah yang sulit diartikan ia bertanya sebenarnya terbuat dari apa hati Kakaknya itu kenapa dia selalu berlagak semua baik baik saja. Naran sedari tadi hanya diam saja menahan tangisan dan sesak didadanya.

Jovan berdehem untuk memperingatkan bahwa ada dia disana. Nolan menatap Jovan seakan bertanya siapa dia sebenarnya. Jovan malah menatap Yesha ia takut salah bicara.

Yesha menghirup nafas dalam dalam ia mempersiapkan diri sebelum mengatakan sejujurnya, ini juga sudah saatnya anak anaknya mengetahui rahasia yang selama ini ia simpan rapat rapat.

Yesha mengtakan dengan ragu jika seseorang yang ada dihadapanya itu adalah Ayah kandung mereka yaitu Jovan Wijaya. Nolan melotot tidak percaya apakah dunia ini sedang bermain main dengannya bukankah kata mamahnya Ayahnya sudah tiada sedari mereka kecil.

Nolan menatap Jovan dengan tajam lalu keluar ruangan begitu saja Jovan ingin menghentikan Nolan namun tangannya dicegah oleh Hema. Hema mengatakan bahwa Nolan butuh waktu untuk merima semua ini.

Jovan sedikit terkejut pasalnya Hema tidak marah sedikitpun bahkan ia menggengam erat tangan Jovan. Hema menyuruhnya untuk memeluknya ia sedikit ingat wajah ayahnya saat ia masih keci, ingatanya memang sangat tajam. Jovan terharu melihat anaknya itu bisa berfikiran dewasa seperti ini.

Hema yang melihat Naran diam saja dari tadi menyuruhnya mendekat dan berpelukan dengan Ayahnya itu. Namun Naran tidak bereaksi apa apa malah keluar dari ruangan tersebut menyusul Nolan.

Jovan tersenyum kecut dadanya tersa sedikit sesak.

Yesha menuntun Hema untuk berbaring di ranjang kamarnya, hari ini Hema sudah boleh pulang. Yesha sangat senang namun juga ada yang mengganggu pikiranya rumahnya tidak lagi sama seperti dulu, tidak ada suara anak anaknya yang sedang ribut, suasana rumah menjadi sangat sepi.

Ia sangat merasa bersalah karena baru memberitahu mereka sekarang bahwa Ayahnya masih hidup bahkan selalu memantau mereka dari kejauhan, mereka menjadi membenci Jovan karena ulahnya.

Hema memegang tangan mamahnya yang sedang kelihatan banyak pikiran, Hema mengatakam jika mamahnya punya masalah ia siap untuk mendengarkannya.

Yesha tersenyum kecil ia sangat terharu anak sulungnya sangat cerdas dan mampu berpikir dewasa rasa bersalah semakin menghantuinya.
Nolan dan Naran memasuki kamar Hema dengan membawa buah kesukaanya yaitu stroberry.

Nolan melemparkan dengan perlahan buah tersebut di samping Hema. Hema tersenyum lebar dan segera memakan buah tersebut. Naran mengejek Hema dengan mengatakan bahwa ia seperti perempuan saja.

Hema menjitak kepala adik bungsunya itu yang membuatnya meringis kesakitan. Hema mengatakan bahwa Naran sangat tidak sopan kepada orang yang lebih tua dengan nada yang menjengkelkan.

Ditengah tengah keributan mereka berdua ada Nolan yang sedari dati hanya diam saja. Hema yang menyadari hal itu memberi isyarat kepada Naran meminta penjelasan namun Naran hanya menggoyangkan bahunya menandakan ia tidak tau apa apa.

Hema berdehem lalu menyai Nolan dengan hati hati adiknya yang satu ini sangat sensitif sedari kemarin. Nolan tiba tiba melontarkan pertanyaan tidak terduga kepada Hema, ia mengatakan bahwa ia tidak tau harus senang atau sedih mengetahui Ayahnya masih hidup, disatu sisi ia ingin kasih sayang dari seorang Ayah di sisilain ia sudah menganggap Ayahnya mati.

Naran menatap sendu kembaranya itu ia juga mengatakan bahwa ia ingin sekali mempunyai Ayah. Hema memeluk kedua adiknya itu lalu mengatakan bahwa mereka harus bisa menerima kehadiran Jovan sebagai Ayahnya, ia meyakinkan kepada si kembar bahwa dengan mereka bisa menerima kehadiran Jovan kemungkinan kebahagian mereka akan lengkap.

Telephon hema berdering membuatnya mencari cari letaknya lalu mengangkat panggilan dari nomor yang tidak di kenali. Ternyata orang yang melephonnya itu adalah Jovan ia menyuruh Hema dan adik adiknya menyusulnya ke rumah sakit Rahayu jalan Pinang.

Belum sempat Hema bertanya panggilan sudah dimatikan secara sepihak oleh Jovan. Hema segera bangkit dari tidurnya dan mengajak adik adiknya kerumah sakit. Hema merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Sesampainya dirumah sakit Hema buru buru menghampiri Jovan yang duduk diruang tunggu rumah sakit, wajahnya terlihat sangat kusut. Jovan yang menyadari kehadiran anak anaknya segera memeluk mereka dengan erat air matanya sudah tidak sanggup ia tahan.

Hema melepaskan pelukan Ayahnya itu dengan perlahan lalu menyuruhnya untuk menjelaskan apa yang terjadi. Jovan dengan ragu ragu mengatakan bahwa mamahnya telah pergi dari dunia ini.

Nolan tertawa renyah lelucon macam apa lagi ini, baru saja ia akan menerima kebahagian yang lengkap namun mengapa dunia selalu mempermainkanya.

Naran menyuruh ayahnya untuk menatap matanya dan mengtakan bahwa semua ini adalah kebohongan. Jovan mengatakan bahwa ia sangat serius mamahnya meninggal akibat kecelakaan beruntun malam tadi.

Hema memukul dadanya sendiri yang terasa sesak kenapa harus sekarang? sepertinya semesta tidak senang jika melihat ia bahagia. Jovan memeluk ketiga putranya itu ia sangat mengerti bagaimana hancurnya mereka.